PRIA (Kamu yang Berarti)


PRIA


Senyumannya pernah membuat saya ikut tersenyum, bahkan saya jarang melihat kesedihan di wajahnya. Wajahnya memberikan banyak cerita dan warna di dalam hidup saya. Seseorang yang penuh arti dan pernah menjadi sosok yang saya kagumi, bahkan hingga hari ini.

Luka-luka yang ia ciptakan seolah bisa kalah dari kebaikan-kebaikan apa yang pernah ia buat sebelumnya. Saya banyak melihat kebahagiaan saat bersamanya. Bertukar cerita menjadi momen menyenangkan yang selalu saya rindukan. Hingga akhirnya saya harus memendam rasa itu sendiri.

Entah apa yang terjadi, mungkin pengkhianatan datang diam-diam di belakang saya. Sampai beribu luka itu datang, tetapi lagi-lagi saya selalu menentang bahwa ia tidak benar-benar melukai saya. Saya yang keras, tetapi itulah saya. Hingga akhirnya sama-sama mundur dengan perasaan yang berbeda, dia dengan perasaan yang telah memudar, dan saya dengan perasaan yang masih sama sejak dia menyatakan rasanya kepada saya.

Tidak benar-benar bisa menghapus memori tentangnya. Walau menyadari sudah banyak tetesan air mata jatuh sia-sia tetapi situasi seperti itu tidak akan merubah takdir yang sudah terjadi. Berusaha sekuat tenaga menerima keadaan tetapi nyatanya masih terasa luka dan enggan benar-benar meninggalkannya.

Berpikir kembali, bagaimana jika di saat dia jatuh, perempuan yang sekarang bersamanya tidak benar-benar membantunya? - Saya yang harus membantunya berdiri bangkit lagi.

Sekeras apapun usaha yang dilakukan, saya tetaplah batu yang keras itu. Yang tidak mau terkikis dan tidak sadar bahwa dia sudah terluka begitu dalam.

Jika orang menyematkan kata bucin di setiap kalimatnya, begitu pun saya juga. Bahkan di saat dia bukan menjadi pasangan saya lagi, saya masih menganggapnya ada dan terus ada. Padahal kenyataannya dia hilang dan pergi.

Kalau di rasa saya sudah gila, mungkin orang-orang bisa berkata demikian. Tetapi saya rasa ini bukan sekadar gila, ini bentuk ketidaksempurnaan rasa yang saya berikan kepada dia.

Dia mengajari saya caranya untuk mencintai, tetapi dia lupa untuk mengajari caranya melepaskan dan melupakan. Saya begitu dalam menyimpan rasa padanya hingga hari ini walau telah jauh ditinggalkan :)


Popular posts from this blog

Blog Competition : VoSpace

Pemimpin Bangsa, Harapan Untuk Indonesia

SI PEMILIK SENYUM